Selasa, 14 Juni 2016

WHO Perkirakan 3,7 Miliar Manusia di Dunia Terinfeksi Herpes


Jakarta, Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 3,7 miliar manusia terinfeksi Herpes Simplex Virus-1 (HSV-1). Dengan populasi dunia yang hanya 7,3 miliar, berarti tiap 2 di antara 3 manusia punya herpes di tubuhnya.

Penelitian terabaru yang dirilis WHO menyebut lebih dari 3,7 miliar manusia di bawah usia 50 tahun terinfeksi HSV-1. Selain itu, 417 juta manusia di usia 15-49 tahun terinfeksi varian lain dari virus ini, yakni HSV-2.

HSV-1 normalnya menyebabkan luka di mulut, dan jarang menyebabkan infeksi genital. Namun tidak tertutup kemungkinan, infeksi virus ini juga berkembang menjadi infeksi genital.

Sementara itu, infeksi HSV-2 dapat meningkatkan risiko tertular dan menularkan HIV (Human Imunodeficiency Virus) penyebab AIDS. Tidak banyak bukti yang mengaitkan HSV-1 dengan infeksi HIV.

"Kita benar-benar butuh mempercepat pengembangan vaksin penangkal HSV, dan jika vaksin yang didesain untuk mencegah HSV-2 juga bisa bisa mencegah HSV-1, maka akan semakin bermanfaat," lata Sami Goettlieb dari WHO, dikutip dari Reuters, Jumat (30/10/2015).

WHO menyebut National Institutes of Health dan sejumlah perusahaan termasuk GlaxoSmithKline (GSK) tengah menjalankan uji coba untuk menentukan untuk memilih vaksin yang mencegah atau menyembuhkan. Sebelumnya GSK menghentikan uji coba vaksin karena tidak efektif pada HSV-2, meski menunjukkan manjur pada HSV-1.

Sembelit Tapi Tak Jelas Penyebabnya? Bisa Jadi karena Herpes Kelamin



Jakarta, Connecticut - Selain menyakitkan, sembelit juga merupakan kondisi yang merepotkan sekaligus memalukan. Namun penelitian terbaru mengatakan sembelit bisa jadi pertanda kondisi lain yang tak bisa diremehkan.

Hal ini diungkap tim peneliti asal Yale University yang dipimpin ahli imunobiologi Profesor Akiko Iwasaki. Bermula dari laporan pasien yang didiagnosis herpes. Beberapa dari mereka mengeluhkan gejala yang tidak ada hubungannya dengan herpes, seperti sembelit dan susah buang air kecil.

Untuk mengetahui keterkaitan di antara keduanya, peneliti menggunakan tikus sebagai hewan percobaan untuk kemudian disuntik dengan herpes simplex virus-1, penyebab utama herpes genital di Amerika.

Begitu diamati, ternyata virus herpes tersebut menyebar dari kemaluan tikus menuju saraf tulang belakangnya. Dari sana, virus itu menyebar lagi ke sel saraf yang ada di usus besar lalu mengakibatkan pembengkakan.

Tak hanya itu, mikroba tersebut juga mematikan sejumlah sel saraf di dalam usus besar sehingga menghambat atau mengganggu pergerakan makanan dalam sistem pencernaan lantas memicu sembelit.

Meski begitu, peneliti mengakui jika efek virus herpes terhadap tikus tidak dapat disamakan dengan yang terjadi pada manusia. Namun rupanya beberapa gejala seperti susah buang air kecil dan sembelit sama-sama ditemukan pada tikus maupun manusia.

Peneliti berkesimpulan, setidaknya temuan ini mengungkap proses terjadinya sembelit pada pasien herpes, sebab sebelumnya belum pernah ada peneliti yang memahami bagaimana ini bisa terjadi.

"Kuncinya ada pada infeksi tak terduga yang dialami sel saraf di dinding usus besar setelah virus herpes menyerang," ungkap Akiko seperti dilaporkan Huffington Post.

Peneliti juga percaya temuan ini bisa menjelaskan mengapa sebagian orang mengalami sembelit tanpa alasan yang jelas. Apalagi Akiko dan timnya juga menemukan anggota keluarga virus herpes lainnya, seperti virus Epstein-Barr, virus cacar air dan cytomegalovirus di dalam sel-sel saraf pada usus orang-orang yang mengalami sembelit kronis tapi tanpa alasan yang jelas.

"Jadi kalau memang dokter tidak menemukan penyebab mengapa seorang pasien bisa mengalami gangguan pencernaan tiba-tiba dan kronis, bisa jadi pasien terserang infeksi virus tersebut," simpulnya.