Rabu, 12 Oktober 2016
Mainan Warna Cerah dan Bercahaya Latih Mata Bayi Fokus Melihat
Jakarta, Ketika dilahirkan seorang bayi masih belum bisa melihat secara sempurna. Perlahan-lahan matanya baru akan matang dan melihat jelas di usia sekitar lima tahun.
Ahli mata mengatakan sebelum memasuki usia tersebut orang tua perlu benar-benar menjaga perkembangan mata anaknya. Perhatikan apabila ada kejanggalan sehingga dapat cepat ditangani sebelum nanti penglihatan telanjur matang sehingga sulit diobati.
Bagaimana caranya menurut dr Ari Djatikusumo, SpM(K), dari Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) orang tua bisa memberikan bayi mainan berwarna cerah. Tujuannya agar mudah dilihat dan dapat menarik perhatian sehingga bisa menstimulasi otot matanya.
"Bayi kan bisa kaya ngeliatin muka orang, ngikutin, itu bisa distimulasi dengan objek-objek yang berwarna cerah. Pasti warna-warni kan mainan anak, nah itu salah satu cara menstimulasi kerja otot mata agar sinkron dengan otak," kata dr Ari dalam temu media Hari Penglihatan Sedunia di Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu.
"Kalau nggak sinkron kita bisa lihat ada kelainan matanya nggak bagus, nggak bisa melihat lurus. Juling atau matanya goyang-goyang," lanjut dr Ari.
Ada banyak hal yang bisa memengaruhi mata anak untuk alami gangguan namun faktor genetik, stimulus lingkungan, dan nutrisi adalah tiga hal yang disebut paling berperan.
dr Ari mengatakan apabila gangguan penglihatan dibiarkan maka dampaknya anak mungkin kesulitan sekolah. Karena tak bisa melihat jelas maka informasi yang disampaikan guru tak tersampaikan maksimal dan performa akademisnya buruk.
"Kalau anak sehat, bayi sehat kalau kita kasih mainan dia bisa megang bisa ngambil. Kalau diajak ngomong bisa kontak mata. Itu semua perlu proses yang kalau ada gangguan di mata atau di otak nggak akan bisa," pungkas dr Ari.
Agar Gigi dan Gusi Sehat, Ini Asupan yang Dianjurkan Dokter
Jakarta, Selain dengan rajin menyikat gigi dua kali sehari, ada beberapa cara lain yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi. Salah satunya adalah dengan mengonsumsi asupan tepat.
Menurut drg Ratu Mirah Afifah, GCClintDent., MDSc, kesehatan gigi dan perkembangan rahang sangat dipengaruhi oleh jenis dan tekstur makanan yang dikonsumsi oleh seseorang.
"Bagusnya pilih makanan yang berserat, misalnya buah dan sayur-sayuran. Serat dapat menstimulasi kelenjar ludah dan memberikan efek self-cleansing. Jadi kalau makan serat sisa-sisa makanannya bisa lebih cepat bersih," ujar drg Mirah.
Menurut drg Ratu Mirah Afifah, GCClintDent., MDSc, kesehatan gigi dan perkembangan rahang sangat dipengaruhi oleh jenis dan tekstur makanan yang dikonsumsi oleh seseorang.
"Bagusnya pilih makanan yang berserat, misalnya buah dan sayur-sayuran. Serat dapat menstimulasi kelenjar ludah dan memberikan efek self-cleansing. Jadi kalau makan serat sisa-sisa makanannya bisa lebih cepat bersih," ujar drg Mirah.
Selain itu, pilih juga asupan yang kaya akan kalsium. Kalsium berfungsi untuk menjaga dan mempertahankan kekuatan gigi dan tulang.
"Juga asupan kaya akan fluoride, jadi fluoride itu sebenarnya tidak cuma ada di pasta gigi lho. Dia ada juga di minuman, teh misalnya. Tapi buatnya tanpa tambahan gula ya, ini bagus sekali. Ada juga di ikan yang tidak bertulang, misalnya seperti ikan teri," imbuhnya.
Tekstur makanan juga memengaruhi proses pengunyahan, sehingga turut harus dipilih yang tepat untuk membantu berkembangnya rahang. Pilihlah makanan yang bertekstur agak kasar. Buah dan sayuran seperti apel, wortel, kembang kol, dan seledri bisa menjadi pilihan karena teksturnya yang agak kasar dan bertindak seperti sikat gigi saat dikunyah.
Sementara untuk mendapatkan gigi yang putih, asupan yang bisa Anda pilih di antaranya seperti keju dan sayuran. Buah-buahan seperti jeruk, jeruk bali, jeruk nipis, dan lemon juga membantu 'membilas' gigi Anda secara alami. Stroberi juga bisa menjadi pilihan karena mengandung asam malat, enzim yang mendorong produksi air liur.(ajg/vit)
"Juga asupan kaya akan fluoride, jadi fluoride itu sebenarnya tidak cuma ada di pasta gigi lho. Dia ada juga di minuman, teh misalnya. Tapi buatnya tanpa tambahan gula ya, ini bagus sekali. Ada juga di ikan yang tidak bertulang, misalnya seperti ikan teri," imbuhnya.
Tekstur makanan juga memengaruhi proses pengunyahan, sehingga turut harus dipilih yang tepat untuk membantu berkembangnya rahang. Pilihlah makanan yang bertekstur agak kasar. Buah dan sayuran seperti apel, wortel, kembang kol, dan seledri bisa menjadi pilihan karena teksturnya yang agak kasar dan bertindak seperti sikat gigi saat dikunyah.
Sementara untuk mendapatkan gigi yang putih, asupan yang bisa Anda pilih di antaranya seperti keju dan sayuran. Buah-buahan seperti jeruk, jeruk bali, jeruk nipis, dan lemon juga membantu 'membilas' gigi Anda secara alami. Stroberi juga bisa menjadi pilihan karena mengandung asam malat, enzim yang mendorong produksi air liur.(ajg/vit)
Selasa, 13 September 2016
Hormon Endorfin: Penghilang Stres dan Pereda Rasa Sakit Alami
Ketika sedih atau stres, sebagian orang akan memilih untuk menyendiri atau melakukan hal negatif guna melampiaskan apa yang dirasakannya. Padahal, di dalam tubuh kita sudah terdapat hormon endorfin yang bisa memberikan energi positif. Hanya saja, kemunculannya memang perlu dipicu.
Endorfin adalah hormon diproduksi oleh kelenjar pituari dan sistem saraf pusat manusia. Hormon endorfin adalah pembunuh rasa sakit alami yang dihasilkan oleh otak, hormon ini juga dapat menimbulkan rasa senang atau euforia. Meningkatnya jumlah hormon endorfin akan mengurangi efek buruk dari stres dan rasa sakit, melepaskan hormon seksual, menambah nafsu makan, dan meningkatkan respons kekebalan tubuh.
Pacu Hormon Endorfin dengan Cara Ini
Anda tertarik untuk memicu hormon endorfin, cobalah untuk berolahraga. Penelitian menunjukkan bahwa olahraga merupakan cara yang efektif untuk mengobati depresi atau stres. Baik depresi dengan tingkat ringan maupun depresi tingkat sedang. Tidak hanya itu, olahraga juga bisa membantu Anda dalam menangkal perasaan gelisah, meningkatkan kualitas tidur, dan meningkatkan kepercayaan diri.
Saat Anda melakukan olahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin untuk mengurangi rasa sakit dan memberikan energi positif. Anda dapat melakukan olahraga seperti berenang, bersepeda, lari pagi, atau yoga. Untuk mendapatkan ketenangan emosional dan dukungan sosial, cobalah untuk bergabung dengan kelas olahraga di pusat kebugaran. Misalnya saja, mengikuti kelas yoga atau mengajak kerabat Anda untuk melakukan olahraga bersama.
Secara umum, dianjurkan untuk berolahraga selama tiga atau empat kali dalam seminggu. Lakukan setidaknya 30 menit di setiap kali latihan. Pastikan untuk tidak memaksakan tubuh untuk berolahraga selama 30 menit penuh jika Anda belum terbiasa. Sebagai permulaan, Anda bisa memulai olahraga selama 15-20 menit, lalu secara bertahap Anda bisa meningkatkan durasi waktunya.
Selain olahraga, Anda juga bisa melakukan aktivitas fisik untuk memicu hormon endorfin. Aktivitas fisik berbeda dengan olahraga. Olahraga merupakan kegiatan yang terstruktur, terencana, dan memiliki pergerakan tubuh yang berulang dengan tujuan meningkatkan kebugaran tubuh. Sedangkan aktivitas fisik merupakan aktivitas yang biasanya suatu hobi, rutinitas atau merupakan kegiatan yang menyenangkan. Misalnya dengan berkebun, membersihkan rumah, bekerja, belanja, dansa, bersepeda serta kegiatan lain yang menggerakkan fisik.
Tidak hanya berolahraga, hormon endorfin juga bisa dipicu dengan mengonsumsi beberapa jenis makanan. Misalnya, dengan mengonsumsi cabai atau cokelat. Makanan pedas atau cabai dapat meningkatkan pengeluaran hormon endorfin. Semakin pedas cabai tersebut, semakin banyak hormon endorfin yang disekresi. Banyak orang merasa tenang saat mengonsumsi cokelat di kala stres. Ini berarti otak memproduksi hormon endorfin saat kita mengonsumsi cokelat.
Di saat stres atau sedang sedih, jangan biarkan diri Anda larut terlalu lama. Lakukanlah sesuatu yang bisa membuat Anda merasa lebih baik. Salah satunya dengan melakukan olahraga atau melakukan aktivitas fisik guna memicu produksi hormon endorfin. (sumber: http://www.alodokter.com/hormon-endorfin-penghilang-stres-dan-pereda-rasa-sakit-alami)
Endorfin adalah hormon diproduksi oleh kelenjar pituari dan sistem saraf pusat manusia. Hormon endorfin adalah pembunuh rasa sakit alami yang dihasilkan oleh otak, hormon ini juga dapat menimbulkan rasa senang atau euforia. Meningkatnya jumlah hormon endorfin akan mengurangi efek buruk dari stres dan rasa sakit, melepaskan hormon seksual, menambah nafsu makan, dan meningkatkan respons kekebalan tubuh.
Pacu Hormon Endorfin dengan Cara Ini
Anda tertarik untuk memicu hormon endorfin, cobalah untuk berolahraga. Penelitian menunjukkan bahwa olahraga merupakan cara yang efektif untuk mengobati depresi atau stres. Baik depresi dengan tingkat ringan maupun depresi tingkat sedang. Tidak hanya itu, olahraga juga bisa membantu Anda dalam menangkal perasaan gelisah, meningkatkan kualitas tidur, dan meningkatkan kepercayaan diri.
Saat Anda melakukan olahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin untuk mengurangi rasa sakit dan memberikan energi positif. Anda dapat melakukan olahraga seperti berenang, bersepeda, lari pagi, atau yoga. Untuk mendapatkan ketenangan emosional dan dukungan sosial, cobalah untuk bergabung dengan kelas olahraga di pusat kebugaran. Misalnya saja, mengikuti kelas yoga atau mengajak kerabat Anda untuk melakukan olahraga bersama.
Secara umum, dianjurkan untuk berolahraga selama tiga atau empat kali dalam seminggu. Lakukan setidaknya 30 menit di setiap kali latihan. Pastikan untuk tidak memaksakan tubuh untuk berolahraga selama 30 menit penuh jika Anda belum terbiasa. Sebagai permulaan, Anda bisa memulai olahraga selama 15-20 menit, lalu secara bertahap Anda bisa meningkatkan durasi waktunya.
Selain olahraga, Anda juga bisa melakukan aktivitas fisik untuk memicu hormon endorfin. Aktivitas fisik berbeda dengan olahraga. Olahraga merupakan kegiatan yang terstruktur, terencana, dan memiliki pergerakan tubuh yang berulang dengan tujuan meningkatkan kebugaran tubuh. Sedangkan aktivitas fisik merupakan aktivitas yang biasanya suatu hobi, rutinitas atau merupakan kegiatan yang menyenangkan. Misalnya dengan berkebun, membersihkan rumah, bekerja, belanja, dansa, bersepeda serta kegiatan lain yang menggerakkan fisik.
Tidak hanya berolahraga, hormon endorfin juga bisa dipicu dengan mengonsumsi beberapa jenis makanan. Misalnya, dengan mengonsumsi cabai atau cokelat. Makanan pedas atau cabai dapat meningkatkan pengeluaran hormon endorfin. Semakin pedas cabai tersebut, semakin banyak hormon endorfin yang disekresi. Banyak orang merasa tenang saat mengonsumsi cokelat di kala stres. Ini berarti otak memproduksi hormon endorfin saat kita mengonsumsi cokelat.
Di saat stres atau sedang sedih, jangan biarkan diri Anda larut terlalu lama. Lakukanlah sesuatu yang bisa membuat Anda merasa lebih baik. Salah satunya dengan melakukan olahraga atau melakukan aktivitas fisik guna memicu produksi hormon endorfin. (sumber: http://www.alodokter.com/hormon-endorfin-penghilang-stres-dan-pereda-rasa-sakit-alami)
Selasa, 14 Juni 2016
WHO Perkirakan 3,7 Miliar Manusia di Dunia Terinfeksi Herpes
Jakarta, Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 3,7 miliar manusia terinfeksi Herpes Simplex Virus-1 (HSV-1). Dengan populasi dunia yang hanya 7,3 miliar, berarti tiap 2 di antara 3 manusia punya herpes di tubuhnya.
Penelitian terabaru yang dirilis WHO menyebut lebih dari 3,7 miliar manusia di bawah usia 50 tahun terinfeksi HSV-1. Selain itu, 417 juta manusia di usia 15-49 tahun terinfeksi varian lain dari virus ini, yakni HSV-2.
HSV-1 normalnya menyebabkan luka di mulut, dan jarang menyebabkan infeksi genital. Namun tidak tertutup kemungkinan, infeksi virus ini juga berkembang menjadi infeksi genital.
Sementara itu, infeksi HSV-2 dapat meningkatkan risiko tertular dan menularkan HIV (Human Imunodeficiency Virus) penyebab AIDS. Tidak banyak bukti yang mengaitkan HSV-1 dengan infeksi HIV.
"Kita benar-benar butuh mempercepat pengembangan vaksin penangkal HSV, dan jika vaksin yang didesain untuk mencegah HSV-2 juga bisa bisa mencegah HSV-1, maka akan semakin bermanfaat," lata Sami Goettlieb dari WHO, dikutip dari Reuters, Jumat (30/10/2015).
WHO menyebut National Institutes of Health dan sejumlah perusahaan termasuk GlaxoSmithKline (GSK) tengah menjalankan uji coba untuk menentukan untuk memilih vaksin yang mencegah atau menyembuhkan. Sebelumnya GSK menghentikan uji coba vaksin karena tidak efektif pada HSV-2, meski menunjukkan manjur pada HSV-1.
Sembelit Tapi Tak Jelas Penyebabnya? Bisa Jadi karena Herpes Kelamin
Jakarta, Connecticut - Selain menyakitkan, sembelit juga merupakan kondisi yang merepotkan sekaligus memalukan. Namun penelitian terbaru mengatakan sembelit bisa jadi pertanda kondisi lain yang tak bisa diremehkan.
Hal ini diungkap tim peneliti asal Yale University yang dipimpin ahli imunobiologi Profesor Akiko Iwasaki. Bermula dari laporan pasien yang didiagnosis herpes. Beberapa dari mereka mengeluhkan gejala yang tidak ada hubungannya dengan herpes, seperti sembelit dan susah buang air kecil.
Untuk mengetahui keterkaitan di antara keduanya, peneliti menggunakan tikus sebagai hewan percobaan untuk kemudian disuntik dengan herpes simplex virus-1, penyebab utama herpes genital di Amerika.
Begitu diamati, ternyata virus herpes tersebut menyebar dari kemaluan tikus menuju saraf tulang belakangnya. Dari sana, virus itu menyebar lagi ke sel saraf yang ada di usus besar lalu mengakibatkan pembengkakan.
Tak hanya itu, mikroba tersebut juga mematikan sejumlah sel saraf di dalam usus besar sehingga menghambat atau mengganggu pergerakan makanan dalam sistem pencernaan lantas memicu sembelit.
Meski begitu, peneliti mengakui jika efek virus herpes terhadap tikus tidak dapat disamakan dengan yang terjadi pada manusia. Namun rupanya beberapa gejala seperti susah buang air kecil dan sembelit sama-sama ditemukan pada tikus maupun manusia.
Peneliti berkesimpulan, setidaknya temuan ini mengungkap proses terjadinya sembelit pada pasien herpes, sebab sebelumnya belum pernah ada peneliti yang memahami bagaimana ini bisa terjadi.
"Kuncinya ada pada infeksi tak terduga yang dialami sel saraf di dinding usus besar setelah virus herpes menyerang," ungkap Akiko seperti dilaporkan Huffington Post.
Peneliti juga percaya temuan ini bisa menjelaskan mengapa sebagian orang mengalami sembelit tanpa alasan yang jelas. Apalagi Akiko dan timnya juga menemukan anggota keluarga virus herpes lainnya, seperti virus Epstein-Barr, virus cacar air dan cytomegalovirus di dalam sel-sel saraf pada usus orang-orang yang mengalami sembelit kronis tapi tanpa alasan yang jelas.
"Jadi kalau memang dokter tidak menemukan penyebab mengapa seorang pasien bisa mengalami gangguan pencernaan tiba-tiba dan kronis, bisa jadi pasien terserang infeksi virus tersebut," simpulnya.
Peneliti berkesimpulan, setidaknya temuan ini mengungkap proses terjadinya sembelit pada pasien herpes, sebab sebelumnya belum pernah ada peneliti yang memahami bagaimana ini bisa terjadi.
"Kuncinya ada pada infeksi tak terduga yang dialami sel saraf di dinding usus besar setelah virus herpes menyerang," ungkap Akiko seperti dilaporkan Huffington Post.
Peneliti juga percaya temuan ini bisa menjelaskan mengapa sebagian orang mengalami sembelit tanpa alasan yang jelas. Apalagi Akiko dan timnya juga menemukan anggota keluarga virus herpes lainnya, seperti virus Epstein-Barr, virus cacar air dan cytomegalovirus di dalam sel-sel saraf pada usus orang-orang yang mengalami sembelit kronis tapi tanpa alasan yang jelas.
"Jadi kalau memang dokter tidak menemukan penyebab mengapa seorang pasien bisa mengalami gangguan pencernaan tiba-tiba dan kronis, bisa jadi pasien terserang infeksi virus tersebut," simpulnya.
Kamis, 19 Mei 2016
Musim Panas Ini Dikhawatirkan Virus Zika akan Masuk ke Eropa
Jakarta, Dalam beberapa minggu ke depan beberapa wilayah di dunia akan mulai memasuki musim panas. Terkait hal ini World Health Organization (WHO) memperingatkan khusus untuk Eropa agar berhati-hati karena diperkirakan saat itu virus Zika akan masuk dan menyebar.
Beberapa daerah seperti pesisir Laut Hitam di Rusia, Georgia, dan Madeira diklasifikasikan berisiko tinggi untuk peningkatan populasi nyamuk penyebar Zika yaitu Aedes aegypti. Sementara negara seperti Perancis, Spanyol, Italia, dan Yunani masuk ke daerah dengan risiko sedang.
Total ada 18 negara yang masuk ke dalam risiko sedang dan 36 negara risiko rendah oleh WHO. Penilaian risiko dilihat dari ditemukannya bibit-bibit nyamuk di tempat potensial untuk berkembang.
Belum ada peringatan bepergian baru yang dikeluarkan oleh WHO. Hanya saja ahli memperingatkan agar pemerintah setempat segera mengambil tindakan preventif dan juga agar para wisatawan ekstra waspada.
"Kami memanggil terutama negara dengan risiko tinggi untuk memperkuat kapasitas nasional mereka dan memprioritaskan aktivitas yang bisa mencegah wabah luas Zika," ujar dr Zsuzsanna Jakab dari WHO seperti dikutip dari BBC, Kamis (19/5/2016).
Musim panas jadi kekhawatiran karena saat itu nyamuk akan menjadi lebih aktif berkembang biak dan mencari makan. Ini artinya kemungkinan untuk terjadinya transmisi penyakit juga akan meningkat dan virus Zika menjadi salah satu ancamannya.
Seperti yang telah diketahui saat ini Zika tengah mewabah di Amerika berawal dari Brazil pada tahun 2015 lalu. Kasus kenaikkan Zika menjadi momok karena berhubungan kuat dengan kenaikkan kasus kecacatan mikrosefali di mana bayi lahir dengan otak yang tak berkembang sempurna.
Sering Mengonsumsi Makanan Kaleng Saat Hamil, Bayi Rentan Mengidap Asma
Jakarta, Makanan kaleng sering dikonsumsi karena dianggap praktis, cepat dan mudah dimasak. Tetapi, mengonsumsi makanan kaleng terlalu sering akan berdampak buruk bagi kesehatan, terutama bagi ibu hamil dan calon bayinya.
Studi terbaru menunjukkan saat ini faktor penyebab asma tidak hanya asap rokok dan polusi udara, tetapi juga kandungan kimia jenis Bhispenol A (BPA) yang terdapat di dalam makanan dan minuman kaleng. Dalam kurun waktu 30 tahun belakangan, anak-anak yang mengidap asma semakin bertambah jumlahnya. Centers for Disease Control and Prevention mengungkapkan jumlah itu juga diperkirakan masih akan terus bertambah.
Untuk menguji hal tersebut, Dr Adam J. Spainer beserta tim melakukan penelitian dengan meminta bantuan dari 398 pasangan ibu dan bayi. Kemudian para ibu dan bayi ini diambil sampel urinenya untuk menemukan bukti adanya kandungan BPA sekaligus mengukur apakah kandungan ini berpengaruh pada kesehatan saluran pernapasan bayi.
Hasilnya, penelitian menunjukkan kandungan BPA menyebabkan penurunan fungsi paru-paru (FEV1) dan menimbulkan bunyi 'ngik-ngik' secara terus-menerus pada calon bayi saat di dalam kandungan.
"Kami melihat dari dua sisi yaitu fungsi paru-paru dan pola bunyi 'ngik-ngik'. Kandungan BPA cukup berpengaruh dalam meningkatnya bunyi 'ngik-ngik' pada calon bayi. Sedangkan, menurunnya fungsi paru-paru terjadi pada anak berusia 4 tahun, tetapi tidak demikian pada anak 5 tahun. Sebab itu, menurut kami kandungan ini sifatnya tidak konsisten atau tidak sama pada seluruh umur," jelas Dr Spainer seperti dikutipdetikHealth dari Medical Daily dan ditulis pada Kamis (9/10/2014).
Kandungan BPA tidak hanya menimbulkan penyakit asma, tetapi juga beberapa gangguan kesehatan lainnya seperti migrain, gangguan perkembangan otak calon bayi, kanker prostat, kanker payudara, hingga menyebabkan keguguran.
Meskipun demikian, Food and Drug Administration (FDA) masih sulit untuk melarang sepenuhnya penggunaan bahan kimia pada makanan dan minuman, karena itu sudah menjadi bagian yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Time melaporkan bahwa bahan kimia sendiri sebenarnya sudah digunakan untuk campuran segala sesuatu yang berbahan plastik sejak tahun 1940 dan belum ada penggantinya hingga saat ini.
Dr Spainer dan tim berencana akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan BPA dan kesehatan sistem pernapasan. Untuk sementara ini, ia menyarankan agar semua wanita hamil maupun yang berencana akan hamil sebaiknya menghindari BPA dengan cara mengurangi konsumsi makanan dan minuman kaleng.
"Minimalkan konsumsi makanan dan minuman kaleng serta penggunaan produk plastik untuk menyimpan makanan. Ganti dengan mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang segar. Selain itu, gunakan wadah yang berbahan kaca untuk menyimpan makanan agar lebih aman," terang Dr Spainer.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)